MONOLOG AKU “HARAPAN”

WAKTU MENJELANG SORE, SUASANA SUDAH MULAI
TERLIHAT SUNYI. ORANG-ORANG SUDAH SIBUK UNTUK
MEMPERSIAPKAN GLADI BERSIH. BANYANGKAN SAJA SAAT INI KITA
BERADA DI SEBUAH GEDUNG YANG MEGAH DAN KITA AKAN
DISAMBUT DENGAN GEMURUH KEMERIAHAN. TAPI SEMUA ITU
HANYA HAYALAN SAJA.
YA, BAYANGKAN BETAPA GUGUP DAN TAKUTNYA ORANG
KETIKA AKAN MENGHADAPI SEBUAH PERSIDANGAN SEPERTI
TERDAKWA. DUDUK SENDIRIAN DI DEPAN UMUN DAN DISAKSIKAN
OLEH RIBUAN ORANG.
LIHATLAH, WAKTU BERJALAN BEGITU CEPAT. SUDAH
MANUNJUKKAN PUKUL 07.30 WIB. GADIS ITU SUDAH TERLIHAT
MEMPERSIAPKAN DIRI SEPERTI YANG DIJADWALKAN. DIA KELUAR
DARI RUMAH DENGAN RAUT WAJAH YANG CERIA DAN PENUH
SEMANGAT.
DIA MENCIUM TANGAN AYAH DAN IBUNYA SERTA MEMOHON
DOA RESTU DARI MEREKA. (PENUH PERCAYA DIRI).

Ibu aku berangkat dulu ya! Nanti kalau ada tukang sayur lewat jangan
lupa. Belikan susu kedelai seperti biasa rasa strawbery.

GADIS ITU BERJALAN KE ARAH DAPUR DAN MENGAMBIL
SATU BUNGKUS BUBUR UNTUK DIBUATNYA SARAPAN. ITU SAJA
YANG DIA LAKUKAN, TIDAK ADA YANG LAIN.

Aku mempersiapkan semua ini hanya untuk masa depan dan cita-cita ku.
Banyak pengorbanan yang telah aku lewati untuk mengikuti ujian ini. Waktuku
sudah ku habiskan hanya untuk berduaan dengan tumpukan buku. Sebenarnya
bosan, tapi harus bagaimana lagi ini harus aku lakukan.
Siapa pun pasti menginginkan posisi itu. Siapa saja, aku yakin itu. Percaya
atau tidak, percaya tak jadi masalah. Menang kalah juga sudah biasa. Aku tak
heran. Hatai ku sangat gugup dan tubuhku gemetar rasa kurang percaya diri
muncul pada diriku. Kenapa bisa jadi begini?
Padahal aku sudah memepersiapkan ini semua dengan sungguh-sungguh.
Sudah ku iringi pula usahaku dengan doa. Tapi rasa gugup ini masih saja hadir
dan menghantui pikiranku.

DIA MULAI MEMASUKI RUANGAN DENGAN PERASAAN YANG
GUGUP.

Seluruh peserta ujian diharapkan untuk memasukki ruangan masing-
masing. Semua peserta dilarang untuk membawa ponsel, tas, dan elektronik
lainnya. Hanya diperbolehkan membawa peralatan tulis dan tidak boleh keluar
ruangan sebelum waktu ujian berakhir.

Dalam keadaan gugup ini aku tidak dapat mengatakan apapun. Sedapat
mungkin aku berusaha untuk meredakan rasa gugup ku ini. Aku berusaha
mengingat-ingat materi apa saja yang telah aku pelajari. Aku juga berbincang-
bincang dengan seseorang yang duduk di depan ku.

MEREKA SALING BERJABAT TANGAN DAN MELEMPARKAN
SENYUM SEBAGAI TANDA PERKENALAN.

“Hai, namau siapa?”
“Lulusan dari mana?”
“Terus ke sini diantar sama siapa?”

DIA MENATAP MATA TEMAN BARUNYA ITU.

“Namaku Lusi”
“Lulusan dari SMA Negeri 9”
“Aku ke sini bersama teman ku tapi kami berbeda ruangan”

SETELAH DIA MENJAWAB PERTANYAAN KEMUDIAN KAMI
SALING TERDIAM DAN MELIHAT KE ARAH DEPAN. AKU MERASA DIA
ADALAH ORANG YANG BAIK. TAPI ITU HANYA PERASAANKU.
APALAGI KITA BARU BERKENALAN. SESEKALI DIA MENENGOK KE
BELAKANG ATAU KE ARAHKU.

Ketika aku mengingat, rasanya baru seperti kemarin aku mendaftar untuk
masuk ke sekolah menengah atas, mengikuti ujian seleksi dan berlomba-lomba
untuk masuk sekolah negeri yang favorit. Sekarang hal itu kembali terulang.
Rasanya seperti tak percaya bahwa waktu berjalan begitu cepat. Yah, aku tahu.
Tak ada manusia yang dapat membalikkan waktu meskipun itu hanya satu detik.
Betapa berharganya waktu untuk melakukkan hal-hal yang bermanfaat terlebih
untuk orang lain. Aku menunggu setiap saat untuk segera lulus dan melanjutkan
ke jenjang yang lebih tinggi lagi.
Meskipun itu tak mudah. Tapi aku yakin, proses tak pernah mengkhianati
hasil. Di mana pun aku akan diterima, swasta atau negeri. Bagiku sama saja, tak
ada bedanya. Tapi jika ada pilihan pasti aku memilih yang terbaik.

MERASA GELI JIKA MENGINGAT SUATU HAL DI MASA LALU.

Alangkah lucunya waktu pertama kali masuk sekolah dengan ciri khas
siswa baru. Kegiatan itu disebut dengan MOS atau Masa Orientasi Siswa.
Menggunakan macam-macam pernak pernik yang unik, berbeda dengan yang lain.
Mendapatkan teman baru dan suasana baru pula. Hingga akhirnya di masa SMA
aku mendapatkan teman yang sangat baik hingga aku dan dia menjalin sebuah
persahabatan.
Kami berjanji kelak ketika sudah lulus dari SMA kami akan melanjutkan
ke universitas yang sama. Dia pernah mengatakan pada ku,
“Besok, ketika kita sudah lulus, kita mendaftar di universitas yang sama
ya, biar kembaran, dan bisa berangkat bareng.”
Dan aku pun menjawab,
“Oke, janji ya! kita daftar bersama.”

Tapi semua itu hanyalah sebuah harapan saja, dan tidak terwujud.
Sebenarnya dia adalah anak yang pintar, rajin, dan baik. Tetapi kondisi
perekonomian keluarga tidak mendukung untuk melanjutkan ke sekolah yang
lebih tinggi. Dia tidak pernah memaksakan kehendak bahkan hasratnya untuk
melanjutkan sekolah lagi karena dia tahu bagaimana kondisi orang tuanya. Aku
juga tidak memaksanya untuk selalu mau menemaniku. Tapi bagaimana lagi aku
dan sahabatku itu sudah seperti saudara.

TIBA-TIBA ADA SESEORANG MENGGANGGU DENGAN
MENYENTUH BAHUKU.

“Hei, jangan melamun, sebentar lagi sudah akan dimulai ujiannya!”
“Konsentrasi saja agar hasilnya memuaskan untuk dirimu dan masa
depanmu.”

Aku sedikit geram, bukan karena dia mengganggu lamunanku. Tapi
caranya dia menyentuh bahuku. Itu membuat ku kaget dan merasa kurang
nyaman. Sebenarnya aku juga berterima kasih karena diingatkan untuk
berkonsentrasi saja pada ujian ini. Dari pada memikirkan hal lain.

TIDAK LAMA KEMUDIAN PENGAWAS DATANG DENGAN
MEMBAWA SOAL-SOAL YANG AKAN MENENTUKAN NASIB KAMI
SEMUA LULUS ATAU TIDAK LULUS. KEMUDIAN PENGAWAS ITU
MEMBERIKAN SALAM DAN SEDIKIT ARAHAN DALAM
MENGERJAKAN SOAL.

Aku mulai mengerjakan soal dengan teliti, ku lihat satu persatu dan ku
cermati setiap butir soalnya. Aku mengerjakan sambil berpikir andaikan saja aku
dan sahabatku di sini bersama-sama. Kita berjuang untuk dapat masuk ke
universitas seperti janji yang dulu kita ucapkan bersama. Tapi pada kenyataannya
hanya aku sendirian di sini dengan orang-orang asing yang sebelumnya tidak
pernah aku lihat.
Tapi sebisa mungkin aku tetap berusaha dan berjuang untuk mendapat
hasil yang memuaskan meskipun tanpa adanya sahabat terdekat ku di sini. Aku
pun percaya dia pasti juga mendoakan yang terbaik untukku.

WAKTU MENGERJAKAN TELAH SELESAI. SEMUA PESERTA
KELUAR DARI RUANGAN DENGAN RAUT ATAU EKSPRESI WAJAH
YANG TENANG DAN LEGA. KARENA SUASANA DI DALAM SEPERTI DI
RUANG PERSIDANGAN SAJA.

Akhirnya aku dapat bernafas lega juga setelah tadi cukup gugup untuk
menghadapi ujian. Untunglah semua berjalan dengan lancar tanpa ada rintangan
apapun. Untuk hasilnya semua aku serahkan pada yang di atas. Kini hanya ada
harapan dan juga doa yang memperkuat kerja keras ku. Jujur saja hari itu
memamg ada yang kurang yaitu sosok sahabat yang saya dapatkan ketika SMA.
Sebenarnya kami sudah kenal sejak di TK tetapi belum sedekat sekarang. Mulai di
SMA kami berjumpa lagi dan akhirnya menjalin sebuah persahabatan.
Meskipun dia tidak bersamaku pada waktu itu. Aku juga berharap semoga
semua keinginanya untuk membahagiakan keluarganya dapat tercapai.

TIDAK TERLALU NAMPAK WAJAH GUGUP LAGI YANG DILIHAT
OLEH GADIS ITU TETAPI RAUT WAJAH YANG BAHAGIA DAN
BEBERAPA PESERTA UJIAN YANG KELUAR RUANGAN DENGAN
MEMBAWA TAS DAN PERLENGKAPAN UJIAN.

Ahh, lega juga. Akhirnya aku dapat melewati semua ini. Rasanya seperti
harus melewati jembatan yang dibuat dari kayu tetapi kayu tersebut sudah rapuh.
Jika tidak berhati-hati maka akan jatuh ke jurang yang ada di bawah jembatan itu.
Rasanya sangat berat, apalagi aku tidak ditemani oleh siapapun. Ayah
ataupun Ibu yang mengantar ku. Tapi tak mengapa! Tak jadi masalah. Toh aku
sudah besar kenapa harus sedikit-sedikit melibatkan orang tua. Bagiku doa dari
Ayah dan Ibu itu sudah cukup, tak ada lagi. Dan aku hanya meminta pada Tuhan
semoga mereka selalu diberi kesehatan hingga aku dapat membahagiakan mereka.
Sudahlah, apa yang sedang aku pikirkan ini. Kenapa jadi seperti ini? Lebih
baik aku pulang saja dan beristirahat sambil berdoa agar mendapat kabar yang
baik nantinya. Semua sudah aku pasrahkan kepada Tuhan.

DENGAN LANGKAH YANG CEPAT GADIS ITU MULAI
MENINGGALKAN TEMPAT UJIAN DENGAN MEMBAWA SEBUAH
HARAPAN YANG INDAH UNTUK MASA DEPANNYA.

Komentar

Postingan Populer