PENGINGKAR JANJI SEORANG JAKA


          Esai Fidhotur Rofiah berjudul Ulasan Teater Pentas Jaka Tarub 4 Oktober 2016 kemaren sudah cukup bagus, hanya saja kurang memberikan tekanan dari segi pemberian judul, kenapa ? bagaimana agar pembaca penasaran dan ingin membacanya. Saya pikir saya lebih setuju, kalau dia lebih memahami isi cerita tersebut banyak hal-hal yang dapat disampaikan. Cinta antara manusia dengan bidadari sangat mustahil bagi kita, sehingga memberi pesan yang tersirat. Meskipun ini hanya cerita rakyat, setidaknya bisa member gambaran apasih manfaat dari cerita tersebut.
            Barangkali kejujuran itu harus dipahami oleh setiap orang tak terkecuali yang tercantum dari kisah Jaka Tarub “Nawang wulan kembali menemui Jaka Tarub dan bertanya kenapa selama ini Jaka tidak pernah memberitahukan bahwa dia lah yang menyembunyikan selendangnya selama ini (paragraph 11)”. Dari cerita yang disampaikan Pipit, cerita tersebut mempunyai nilai moral dan dia juga belum menyentuh peran yang harus kita contoh di kehidupan sehari-hari.
            Di zaman modern ini dibutuhkan sikap yang jujur, Karena jujur harga mati. Tak bisa kita pungkiri kalau orang yang sudah berbohong sekali maka akan berbohong seterusnya. Seperti dari kisah Jaka Tarub, dia mengingkari janji dengan istrinya sendiri. Istri yang diidam-idamkan bahkan dari kayangan yang begitu cantik, tapi seketika sirna hanya dengan kebohongan cintaya. 
  
            Selain kejujuran kepada sesama, tanggung jawab akan kata-kata yang keluar dari mulut kita juga penting. Pipit juga menceritakan “Jaka memberanikan diri untuk membuka tutup panci tersebut dan dia melanggar janji yang sudah disepakati bersama. Setelah cukup lama akhirnya Nawangwulan kembali ke rumah ia melihat Jaka sedang duduk di depan rumah sambil menggendong Nawangsih” (paragraf 9). Dapat disimpulkan bahwa cinta manusia dengan sesama yang di dasari kejujuran. Pastinya akan selalu membawa kedamaian, ketentraman, dan kenikmatan jiwa. 

            Jika dewasa ini kejujuran semakin langka, tapi setidaknya tak membuat kejujuran itu tak berlaku lagi. Kejujuran bisa kita lakukan dengan adanya kebiasaan baik dari diri sendiri meskipun itu hanya kata sederhana, tapi membawa sejuta makna. Sehingga rasa kepercayaan terhadap dirinya semakin harmonis. Tepati janji yang telah kamu ucapkan atau kamu akan menyesal di kemudian hari. Selain itu jangan menyepelekan dalam mengucapkan janji walau itu janji yang dianggap ringan.

            Rasa tanggung jawab dan kejujuran dalam kehidupan memang dibutuhkan kebiasaan setiap hari. Setidaknya, hubungan antara manusia itu dimulai dengan kejujuran. Da pepatah mengatakan bahwa “kejujuran adalah mata uang yang berlaku di manapun, misal dalam mengucapkan janji maka ya dilaksanakan dengan tindakan dengan menepati janji tersebut dan mengatakan apa adanya yang tak akan menimbukan keraguan. 

            Sudah jelas dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim “Dari Abu Hurairah ra, dari Nabi Muhammad SAW bersabda “Tanda orang munafik ada 3, yaitu : apabila berbicara ia dusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercaya khianat”. Sedangkan Ibnu Qayyim berkata, dasar iman yakni kejujuran (kebenaran). Maka dari itu, sebuah peristiwa yang terjadi pasti memiliki pesan yang tersirat, seperti cerita di atas memberikan gambaran kepada kita yang hidup nyata.
            Keuntungan yang didapat dari perbuatan tersebut, mungkin atau bisa jadi pasti cinta mereka tahan lama sampai akhir hayat memisahkan. Karena dari situlah kebahagian tercapai, ketenangan , kedamaian, dan menumbuhkan rasa percaya diri, lebih lagi mendapat pahala. Jika ada yang lekas mempunya rasa bersalah, segeralah meminta maaf, dengan meminta maaf kita tidak rendah justru palng mulia. Memegang dan menjalankan amanah kalau diberikan kepada kita Sehingga sikap tersebut penting bagi setiap manusia dan kita harus menanamkan serta menerapkannya. Namun sebenarnya itu memegang tanggung jawab yang sangat besar.



Komentar

Postingan Populer